Minggu, 04 November 2012

DETIK TERAKHIR

DETIK TERAKHIR
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-Seketika kamu diam, aku yang perlahan menggenggam tangganmu “apa yang terjadi? Kenapa kau diam?”, tanya ku pada kekasih tercinta yang mendadak bisu-
“tidak, aku....aku hanya merasa.....”, kamu terdiam kembali.
Sumpah demi apa yang merasuki jiwamu hingga kamu terdiam bisu seperti patung dihadapku.
Aku semakin kuat menggenggam tanganmu “hambar percakapan kita”cetusmu tajam namun tidak menatap mataku.
“kamu adalah satu-satu nya wanita yang aku cintai melebihi diriku sendiri. Tapi mengapa kamu jahat berani tak menatapku?”, aku yang masih menggenggam erat tanggannya dengan wajah tersedu.
“sungguh bukan maksudku”, perkataanmumakin buat ku resah, penuh tanya, ingin tau.....
Sunset yang indah mulai hilang tak tertampak lagi. Dan kita masih saling berpegang tangan.
“aku sayang kamu, aku.....”, kamu melepas genggamanku yanglangsung memelukku ditemani suara deru air laut sepanjang pantai. Spontan aku memelukmu balik.
“maaf aku tidak bisa menjadi seseorang yang akan kamu lihat dihari tuamu kelak”, baju ini basah, ku kira hujan, ternyata ini adalah tangisanmu.
-Aku melepaskan pelukan ditubuhmu, disaat kamu masih erat memeluk jiwaku-
“aku benar-benar minta maaf sama kamu. Sungguh ini bukan kemauanku. Ini takdirku...takdir kita !!!!”, kamu perlahan melepas peluk hangat itu.
“takdir??? Sejak kapan kamu mengerti takdir??? Memahami peristiwa ini. Apa kamu TUHAN?? Malaikat??? Atau bahkan Iblis ??!!! aku tetap tidak mengerti”, aku meninggikan suara.
-Terdengar suara tangismu yang tiba-tiba tersendak. Apa itu karena bentakkanku tadi... imposible !!! tidak cukupkah kamu tahan selama berhubungan denganku selama ini??? Yang pasti kamu tau sifat ku sangat keras. Dan aku pun sangat tidak bisa mengontrol emosi ku-
“jangan perlakukanku seakan-akan aku bersalah Rio. Kamu tidak mengerti !!! Please, kamu harus terima ini. Belajarlah menerima sesuatu yang pahit!!!”, kamu berceramah, ^hahaha^ aku tertawa
“sejak kapan kamu menjadi sedewasa ini? Belajar dari siapa? Dari mana? Aku??? Ku rasa bukan”, aku masih tertawa kecil sambil membalikkan badan membelakangi Reni.
-Didalam kepala ku kini, banyak pertanyaan yang ingin ku tanyakan padamu. Pertanyaan yang mungkin tidak kamu jawab sepenuhnya. Jenuh.... kaki ini melangkah jauh menjauhi Reni-
“Rio..??? kamu mau kemana???”, masih jelas terdengar kalau kamu masih sangat mencintaiku Reni. Suara mu memanggil namaku penuh tulus nya cinta. Tapi kenapa kamu lakukan ini padaku, memutuskan hubungan tanpa sebab yang tak ku mengerti pastinya. Aku BODOH sangat melebihi dari bodoh. Terima begitu saja diputuskan sama kamu.
“kejar Ren, kejar....”, hati kecil masih bicara saat ku menjauhi mu. Jangan diam saja Ren, ku mohon.
-Terima kasih untuk kamu yang terdiam disana. Terima kasih untuk waktu yang singkat ini. Terima kasih untuk moment yang special ini. Moment terromantis yang aku rasakan bersamamu kasih-
-“aku pikir kamu sudah cukup dewasa Rio, menerima segala kondisi aku tentang hubungan kita. Aku salah. Aku menyesal, aku minta maaf. Aku tau kamu tidak mungkin memaafkanku. Aku terima itu”,-
-Selangkah pun aku tidak berhenti. Berbalik arah apalagi. Kamu benar-benar telah merubah hariku. Tak ada lagi senyum. Aku berjalan lambat, mungkin sudah 23 ku langkah kan kaki. Tiba-tiba *bruugggg* aku terjatuh dan kepala ini terbentur batu (>sakit
-Ku lihat dirimu terbaring lemah tak berdaya untuk bangun. Wajah kulit putih mu pun terbanjiri merah nya darah yang mengalir dari luka akibar tertabrak mobil. Aku menghampiri kamu, “Reni......Ren bangun ren bangun”, aku  membaringkan tubuh lesuh mu di atas pangkuanku sambil menggenggam kembali tanganmu (kanan). Aku tak bisa bohongi diriku sendiri, aku menangis pilu :’( “ren jangan pergi ren, tolong jangan tinggalin aku dengan keadaan mu yang seperti ini. Penuh dengan luka dan ......”, aku memeluk mu-
“Rio maafin aku”, kamu seraya meraih wajahku menghapus air mataku.
“tidak, tidak ren”, aku tetap menangis
“aku mohon ini mungkin permintaan terakhir aku, apa kamu tega aku menahan rasa sakit ku ini lebih lama lagi?”, tak bisa berkata-kata melihat keadaanmu “kamu tidak akan pergi, kamu harus temenin aku”,--
“aku mohon Rio, maafin aku. Aku harus pergi rio”, semakin kuat aku menggenggam tanganmu, ”Jika aku boleh memilih aku ikhlas menukar jiwa ku dengan jiwa mu. Menukar rasa sakit itu”, tanganmu terjatuh tak lagi memengang wajahku.
“Reni......mungkin kamu memang bukan yang terakhir di hidupku, tapi kamu adalah yang terakhir di hatiku. Terima kasih atas waktu yang kamu beri untuk hariku. Terima kasih karena aku telah mencinta dan cintaimu”.


^sory yah kalo ada kesamaan cerita sama yg udah dibuat^
@tamitaminia
tamitaminia@blogspot.net 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar